Rabu, 09 Juli 2014



       Malam semakin larut bulan semakin terang menerangi gelap nya malam , angin yang dingin memasuki relung hati yang dalam , rapuh iya mungkin rapuh itu lah yang di fikiran aku saat itu , bagaimana tidak rapuh uang tidak ada lagi di bulan ini , uang sekolah sudah menunggak 3 bulan ,orang tua sakit sakitan , minggu depan ujian akan di laksanakan dan uang pun harus segara di bayar .aku yang  masih  berusia 17 tahun yang masih duduk di kelas 3 SMA  harus berfikir keras untuk menanggung semua tentang ini dan keluarga ini , dan malam semakin larut jam sudah menunjukan pukul  5 yang akan menghampiri subuh , tapi aku tetap juga masih duduk melamun seolah” aku bagaikan mayat yang hidup “allah huu akbar allahh huu akbar “. suara adzan menujukan salat subuh sudah masuk, terjaga dari lamunan ku yang panjang, dimana aku segera bergegas untuk Shalat Subuh.
            Jam sudah menunjukan pukul 6  aku bergegas keluar tanpa  lupa pamit sama orang tua ku. Langkah demi langkah aku menuju ke gang demi gang untuk mencari perkerjaan buat esok senin aku bersekolah . di ujung jalan aku melihat sebuah toko yang sedang di bangun ,di berfikiran ku apakah aku akan berkerja di situ ? dan apa kah aku akan di terima ? tapi bagaimana aku ini lemah , aku tak mampu berkerja sekeras itu, tapi aku butuh uang . dan sejenak aku berfikir dan aku berpaling dari tatapan pertama itu , dan aku terus berjalan menyusuri hati yang kelam akan gelisah tentang semua yang aku alami ini.
“anak ku ??” serentak jiwa ini bergetar akan panggilan itu , aku berpaling cepat melihat siapa yang memanggil aku itu , “ayah ? sedang apa ayah disini ? bukan nya ayah sakit parah dan tak bisa berjalan ? dan bagaimana ibu yah ? ayah meninggalkan ibu sendiri dirmuah ? “dengan penuh rasa heran dan mungkin aku tak percaya apa yang aku liat sekarang hati  bercampur aduk merasakan semua ini “ tidak ibu akan baik” saja , ayah sehat nak , ayah hanya kawatir dengan kamu , kamu mungkin lelah dengan semua ini , ayah tidak berguna lagi yang ada ayah menyusahkan kamu saja , seharus nya ayah yang mencari duit buat keluarga kita bukan kamu  maaf ayah sudah menyusahkan kamu nak . “ dengan wajah tersenyum ayah memeluk ku , aku binggung,  binggung dengan semua nya bagai mana ayah bisa di depan ku saat ini bukan nya ayah sakit parah .”tidak apa-apa ayah aku tidak merasa akan terbebani dengan ini , aku sanggub menjalani nya ayah,  dan sekarang pun ayah sudah sehat kan , aku senang ayah “, dan saat itu ayah hanya bisa tersenyum dan menghilang bagaikan angin , terserentak tubuh ku begetar begitu hebat air mata tak bisa ku bendungkan lagi, jiwa seakan rapuh di situ tak mengerti akan semua ini  dan  berfikir ayah sudah meninggalkanku.
           Secepat nya aku berlari menuju rumah , di sela sela gang aku melihat dapan rumah  semua warga sudah berkumpul , dan di situ hati semakin gelisah apakah yang terjadi apakah ayah benar benar meninggalkan ku ? . semua mata tertuju pada ku dengan semua hanya bisa diam dan menglihat ibu ku yang sudah menanggis dan memeluk tubuh ayah ku dalam kain yang menutup tubuh ayah ku itu . dan aku menghampiri ibuku memeluk dia dan air mata pun tak sanggub aku menahanan nya lagi . sedih dan ke gilaan yang aku rasa saat itu , rapuh iya terlalu rapuh aku melihat ayah meninggalkan ku untuk selama nya . dan saat itu aku hanya bisa merangkul ibu ku dan aku hanya bisa terpaku dalam gelap nya jiwa ku saat ini . dalam sebuah  ingatan aku mengingat tadi ayah menemui ku untuk terakhir kali nya dalm hidup ku.
Hari bergaqnti hari aku hanya bisa berdiam dan terus berdiam  tak bisa aku berfikir jernih . dan di saat itu aku menjadi gila mungkin karna aku terlalu kecil untuk menanggung semua ini .” ibu aku menyayangi mu tapi apa bisa di kata anak mu sekarang gila . anak mu hanya bisa diam . maafkan aku ibu . dan ayah aku meminta maaf aku gagal merangkul keluarga kita ayah , maaf . hanya itu dalam fikiran ku , dan aku menjadi mayat hidup saat itu.